Ada rindu
dibalik jabat erat
Ada perhatian dibalik sapa
Ada cinta dibalik senyuman
Tapi aku bisa
apa?
Melihatmu dalam
diam
Menatapmu
dalam-dalam
Tanpa selangkah
pun menuju tempatmu berpijak
Tapi, jangan pikir aku diam karena
tak melakukan apa-apa
Diamku, hanya karena tanpa kata
Padahal dalam hati, aku merapal
begitu banyak do’a
Semoga kamu tetap baik-baik saja dan
bahagia
Itu sajak dariku, yang sampai
sekarang belum mampu melupakanmu. Aku sering mengingat hal yang bagimu sangat
tidak penting. Tentang pertemuan terakhir dua bulan lalu, sampai tema
percakapan yang sempat kita perbincangkan.
Aku tahu, hari ini kita akan
bertemu. Jauh hari aku mempersiapkan diri, semoga aku sudah baik-baik saja. Tak
ada lagi rindu yang berdentam-dentam seperti dulu. Tak ada lagi desakan ingin
bertemu. Tak ada pula coretan-coretan kecil namamu tertoreh di buku. Bukankah,
itu menandakan bahwa aku sudah baik-baik saja?
Ini hari pertama bulan lahirku.
Bukankah, satu tahun yang lalu, adalah awal-awal rasa itu tumbuh? Satu tahun
lalu, aku dan kamu sangat sering bertemu. Satu tahun lalu, aku belum menyadari
bahwa kamu menimbulkan rindu hebat yang bahkan setahun berselang, baru reda.
Satu tahun lalu, kamu hanyalah teman baru. Satu tahun lalu, aku hanya gadis
asing bagimu. Ya, satu tahun lalu. Dan tidak baik menurutku, mengungkit-ungkit
hal yang tak dapat membantu banyak untuk saat ini dan masa depan. Jadi, sudahi
saja cerita kemalangan hatiku yang jatuh kepadamu.
Pagi ini, aku harap-harap cemas.
Apakah kamu benar-benar datang, dan kita akan bertemu? Apakah kamu tidak
datang, dan dua bulan lalu benar-benar pertemuan paling akhir? Apakah aku dan
kamu masih saling mengenal? Dan, bagaimana jika pertanyaan pesimistis ini kita
akhiri?
Aku tercenung cukup lama, ketika
mataku menangkap sosokmu di antara lautan manusia yang membanjir di aula indoor
sekolah. Kamu memang datang. Berdiri di sana, dengan senyum ramah seperti
biasa. Melihat tampilan seni kesekian yang sebenarnya tidak jelas alur ceritanya.
Tapi kamu tetap di sana sampai dihampiri seorang teman, dan kamu langsung
menoleh, menjabat erat, lalu entah bercerita apa, masih dengan wajah humble seperti
yang kukenal.
Pacitan, 1 Agustus 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar