Sabtu, 08 Agustus 2015

Hari Pertama Bulan Ini



           Ada rindu dibalik jabat erat
            Ada perhatian dibalik sapa
            Ada cinta dibalik senyuman
            Ada hampa dibalik ucapan selamat tinggal

Tapi aku bisa apa?
Melihatmu dalam diam
Menatapmu dalam-dalam
Tanpa selangkah pun menuju tempatmu berpijak

            Tapi, jangan pikir aku diam karena tak melakukan apa-apa
            Diamku, hanya karena tanpa kata
            Padahal dalam hati, aku merapal begitu banyak do’a
            Semoga kamu tetap baik-baik saja dan bahagia

            Itu sajak dariku, yang sampai sekarang belum mampu melupakanmu. Aku sering mengingat hal yang bagimu sangat tidak penting. Tentang pertemuan terakhir dua bulan lalu, sampai tema percakapan yang sempat kita perbincangkan.

            Aku tahu, hari ini kita akan bertemu. Jauh hari aku mempersiapkan diri, semoga aku sudah baik-baik saja. Tak ada lagi rindu yang berdentam-dentam seperti dulu. Tak ada lagi desakan ingin bertemu. Tak ada pula coretan-coretan kecil namamu tertoreh di buku. Bukankah, itu menandakan bahwa aku sudah baik-baik saja?

            Ini hari pertama bulan lahirku. Bukankah, satu tahun yang lalu, adalah awal-awal rasa itu tumbuh? Satu tahun lalu, aku dan kamu sangat sering bertemu. Satu tahun lalu, aku belum menyadari bahwa kamu menimbulkan rindu hebat yang bahkan setahun berselang, baru reda. Satu tahun lalu, kamu hanyalah teman baru. Satu tahun lalu, aku hanya gadis asing bagimu. Ya, satu tahun lalu. Dan tidak baik menurutku, mengungkit-ungkit hal yang tak dapat membantu banyak untuk saat ini dan masa depan. Jadi, sudahi saja cerita kemalangan hatiku yang jatuh kepadamu.

            Pagi ini, aku harap-harap cemas. Apakah kamu benar-benar datang, dan kita akan bertemu? Apakah kamu tidak datang, dan dua bulan lalu benar-benar pertemuan paling akhir? Apakah aku dan kamu masih saling mengenal? Dan, bagaimana jika pertanyaan pesimistis ini kita akhiri?

            Aku tercenung cukup lama, ketika mataku menangkap sosokmu di antara lautan manusia yang membanjir di aula indoor sekolah. Kamu memang datang. Berdiri di sana, dengan senyum ramah seperti biasa. Melihat tampilan seni kesekian yang sebenarnya tidak jelas alur ceritanya. Tapi kamu tetap di sana sampai dihampiri seorang teman, dan kamu langsung menoleh, menjabat erat, lalu entah bercerita apa, masih dengan wajah humble seperti yang kukenal.

Pacitan, 1 Agustus 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini