Aku siapa?
Hanya penggemar
Dia siapa? Entah
Aku dengan kamu? Ekspresi datar dan
senyum seadanya
Dia dengan kamu? Senyum lebar,
selfie bersama
Cemburu? Tentu
saja
Punya hak?
Tidak
Sakit? Sangat.
Seperti ada yang mengganjal
Harus
bagaimana? Entahlah
Aku tak tahu dia siapa
Kurasa, dia bukan penggemar
Dan kupikir, kamu yang lebih tahu
dia siapa
Apakah ada hubungan
darah denganmu? Mengapa aku baru tahu?
Mengapa tweetmu
tak mengisyaratkan sesuatu? Setidaknya bilang bahwa dia sepupumu
Setidaknya ada
petunjuk bahwa dia saudaramu
Rupa tak persis
Senyum tak sama
Lalu, bagaimana caraku menyimpulkan
bahwa dia adalah adik
atau kakakmu?
Jika hanya teman, mengapa sedekat
itu?
Oke, baiklah. Bagimu
ini tak penting. Bagiku juga tak mendesak. Tapi nyatanya, hatiku ingin meledak
dan menangis. Padahal dia, perempuan itu, hanya menekan tombol favorite pada
tweetku. Dan jelas, bukan karena salah pencet seperti Mas David dulu.
Asal kamu tahu,
setiap ada orang yang merespon tweetku, sedangkan aku tak mengenal nama
usernya, segera kubuka profilnya. Dan kali ini, dia memberi bintang pada
tweetku yang menyebut namamu. Boleh, kan, aku penasaran? Boleh, kan, aku ingin
tahu? Dan setelah aku tahu salah satu unggahan gambar dalam akun perempuan itu
adalah foto bersama kamu, hatiku patah dan berserakan. Terlebih, karena aku
tidak tahu siapa dia, dan jika divisualisasi, dia adalah pembunuh berdarah
dingin. Langsung menusuk pisau, tanpa bilang-bilang, lalu pergi begitu saja.
Bagaimana aku tidak waspada? Padahal, ya, benar, aku hanya penggemar. Tak lebih,
tak kurang. Pengagum setelah tak sengaja bertemu.