Cukup tergesa kakiku melangkah ke gedung ini. Kembali ke bangunan
ini. Untuk sebuah urusan yang kalian tak perlu mengerti. Dengan sebuah map yang
berisi dokumen entah penting atau tidak bagiku, kupeluk, melewati orang-orang
yang menatapku setengah heran. Dalam
hati, aku terus merapal sebuah doa, semoga kembali bertemu dengan manusia satu
itu.
Selasa, 28 Oktober 2014
Rabu, 15 Oktober 2014
Terhempas ke Masa Lalu
Anggap saja pemuda yang kuceritakan di sini adalah Putu Gede Juni Antara.
Sepupuku datang ke rumah sore ini. Memakai
baju warna merah, celana pendek, dan wajah baru. Ya. Rambutnya yang bermodel
baru—yang masih basah dengan wangi sampo, sangat jauh berbeda dengan yang
kemarin. Dia juga bercerita jika tadi habis ke salon gara-gara tukang cukur
langganannya sedang sakit. Dia masih saja cerita tentang rambut barunya, tak
peduli denganku yang tertawa kaku mendengar celotehnya yang membanggakan rambut
mohawk-nya. Dia tak mengerti kenapa aku sedingin ini melihatnya datang
ke rumah—padahal biasanya aku paling heboh jika dia bertandang. Tapi, sore ini,
rambut barunya, mengingatkanku pada seseorang. Pria di ujung sana.
Minggu, 05 Oktober 2014
Challenge
“Kau bisa basket?”
“Lumayan,”
“Baik! Kita adu di
lapangan, sekarang!”
“Hah? Sekarang?”
“Kenapa? Kau
takut?”
“Ah, tidak.
Kurasa, kau terlalu gila jika mengajakku bermain basket sekarang ini.”
“Ada masalah
dengan siang yang terik ini? Kau tak perlu risau jika tubuhmu menghitam. Aku
masih punya jaket untuk melindungi tubuhmu!” dan dalam satu kali gerakan, jaket
biru bergambar garuda di dada itu sudah berpindah tangan. “Ayo sekarang kita ke
lapangan!”
Langganan:
Postingan (Atom)
Kamu Harus Baca Ini
#SWORDS's After Story
Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini. Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...
Banyak yang Baca Ini
-
Berhasil membuatnya tertawa. Berhasil membuatnya senang. Berhasil membuatnya terhibur. Padahal, hanya 3 ka...
-
Pacitan. Kota kecil yang menjadi saksi bermulanya kisah cintaku denganmu. Saksi bisu dimana kau putus dengan kekasihmu. Kota kecil yang...
-
Hai. Eh, hai. Tumben sekali menyapa. Sudah tidak sibuk? Yah begitulah. Bukannya ...