Kamis, 13 April 2017

T(h)e-Man: Aku Tahu

Aku tahu aku tidak punya hak mengatur hidupmu. Mengurusi ini-itu, termasuk membangunkanmu supaya tidak melewatkan subuh. Aku tidak berhak marah-marah karena kamu hanya sebentar membaca pesan dariku, membalas sekadarnya, untuk kemudian lenyap yang tidak aku tahu kamu ke mana. Aku tahu bahwa kamu tidak punya kewajiban melapor kepadaku akan melakukan apa, ke mana, dan sedang bersama siapa dalam kurun waktu 24 jam.
            
Aku tahu kamu punya sibuk yang tidak perlu diberitahu kepadaku. Tapi aku juga tidak memungkiri bahwa otakku bertanya-tanya ke mana saja kamu hari itu. Mengecek jam berapa terakhir kamu online, kemudian membaca lagi pesan-pesan kamu sebelumnya—siapa tahu kamu sudah bilang mau ke mana, tapi akunya yang lupa. Lantas aku kecewa karena memang kamu sebelumnya tidak mengisyaratkan apa-apa.
            
Aku tahu ini tergolong khawatir berlebihan. Apalagi kamu sudah punya seseorang yang lebih berhak merecoki kotak masuk ponselmu supaya kamu tidak sering begadang, menyuruhmu makan teratur, mengingatkan lima waktumu, hingga menuntutmu untuk memberi kabar lebih dulu seandainya kamu mau pergi dan tidak memungkinkan memegang ponsel terus-menerus. Ada seseorang yang lebih berhak ngambek karena kamu sepanjang hari menghilang dari peredaran, dan baru muncul malam-malam ketika orang-orang mulai memetik bunga tidur mereka.
            
Aku tahu aku tidak masuk dalam daftar orang penting di hidupmu, yang otomatis aku juga tidak punya hak untuk memasuki dunia kamu lebih jauh. Aku bahkan tidak perlu susah-susah memahami jalan pikiranmu yang kadang berbelit-belit. Aku juga sebaiknya tidak meragukan seseorang yang lebih berhak itu—tentang bagaimana dia mampu mengikuti logikamu yang butuh berputar-putar untuk sekadar mengerti itu.
            
Aku tahu aku hanya figuran di sini. Menikmati senyum kamu, menyaksikan ekspresi panik kamu, sesekali menimpali komentar sadis kamu. Beruntung aku masih boleh tertawa lepas, juga masih diperbolehkan berimprovisasi dengan mengirimimu pesan singkat berisi permintaan lagu-lagu yang ingin aku dengarkan detik itu juga. Walaupun sekali lagi aku harus menyadari bahwa aku hanya figuran—tidak mungkin mendapat porsi melebihi pemeran utama—dalam hidup kamu.
            
Aku tahu aku ini hanya pemanis dalam adegan kamu yang sedang menunggu balasan pesan dari dia yang mungkin sudah terkantuk-kantuk saking setianya menunggu kamu yang seharian menghilang tanpa kabar, dan dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan melepas rindu selagi kamu online meskipun ia juga harus merelakan waktu tidurnya tertunda.         
            
Aku tahu.
            
Tapi hatiku tidak mau tahu.
            
Bahwa (aku perlu membiasakan diri) sebagai ‘hanya teman’-mu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini