Sudah sejak tadi pagi aku tak sabar
ingin segera malam. Karena kemarin, abangku bilang, dia akan pulang, dan
membawa banyak buah tangan, juga sejuta cerita. Abangku yang menempuh
pendidikan kemiliteran akan pulang. Dan aku ingin mempercepat hari agar dia
lekas datang. Aku ingin segera melepas rindu yang berusaha kusimpan dengan rapi
namun tetap saja menumpuk di sudut ruang. Abangku juga bilang, jika perjalanan
lancar, dia sampai rumah pukul delapan malam. Ah, tak sabar aku menunggunya di
beranda dan membukakan pagar untuknya. Aku juga tak sabar ingin menertawakan
kepalanya yang dicukur habis ala tentara.
Pagi ini, aku berangkat sekolah
dengan semangat 45. Ingin kuhabisi hari, agar siang segera berganti. Jam pelajaran
pertama adalah olahraga. Hanya diisi pemanasan,
kemudian olahraga bebas, karena Pak Guru sedang ada kepentingan, dan hanya
dapat mengajar sampai pukul delapan. Ah, pukul delapan? Dua belas jam lagi
kakakku akan pulang. Aku semakin tak sabar.
Usai olahraga, satu jam pelajaran
bahasa Arab adalah kosong. Gurunya ada kepentingan, dan tak diberi tugas.
Semakin membuatku ingin pulang karena di sekolah tak ada kesibukan. Barulah di
jam pelajaran berikutnya adalah bahasa Inggris. Yang lagi-lagi, sang guru ada
kepentingan, dan kami hanya diberi
tugas, yang langsung kuselesaikan secara kilat. Dan pelajaran berikutnya adalah
Bimbingan Konseling, yang hanya membahas naskah drama yang telah kubuat tadi
malam. Sama sekali tak ada kesibukan yang berarti. Karena ada satu hal yang
lebih penting hari ini: menyambut abang pulang.