Minggu, 27 Juni 2021

dariku, tentang "nevertheless"

foto diambil dari Pinterest

lucu rasanya setelah sekian lama tidak menulis di sini, tiba-tiba aku datang dan memberikan opini pribadi tentang drama korea yang bahkan baru berjalan dua episode.

 

tulisan ini tidak ditujukan untuk orang-orang yang belum atau ingin menonton drama ini, jadi aku tidak bertanggung jawab jika kamu menemukan cuplikan spoiler tentang drama itu.

 

yang jelas, aku tidak akan memberi banyak konteks penjelas, karena aku menganggap kamu sudah menonton drama ini, dan mengerti apa yang sedang aku tulis.

 

memangnya ada apa dengan drama ini kok sampai bisa-bisanya membangkitkan kematian-suriku di blog ini selama lebih dari satu tahun, hanya untuk membahasnya?


karena aku pernah, dan masih sangat ingat bagaimana rasanya berada di posisi yoo na-bi.

ketika aku harus menebak-nebak pikiran orang yang sedang aku suka.

ketika aku pikir dia menyukaiku, tapi satu detik kemudian dia sudah bersenang-senang dengan orang lain.

 

ketika aku merasa begitu tolol karena mengikuti kata hatiku sedangkan otakku sudah menjerit-jerit untuk tidak melakukan apa yang ingin hatiku lakukan.

ketika logikaku tidak sejernih sekarang.

ketika perasaanku mendapat porsi “bersuara” lebih banyak.

dan ujung-ujungnya aku sakit hati lalu galau berminggu-minggu.


jujur, beberapa minggu sebelum drama ini rilis—sebelum aku tahu bagaimana jalan cerita drama ini—aku rindu rasanya menemukan “dia” di tengah keramaian. bagaimana melihat cara dia tertawa bersama teman-teman. bagaimana dia berbicara atau melempar gurauan ringan. dan tentu saja bagaimana dia berhasil menangkap sorot mataku, lalu aku melihatnya, lantas kami saling lempar sinyal kecil tanda sudah mengetahui satu sama lain, seperti melambaikan tangan satu detik atau mengangguk atau saling senyum.

 

hanya isyarat bahwa aku tahu dia ada di sini, dan dia tahu kami sudah berada di tempat yang sama.

 

look! what a my simple happiness is!

hahaha.

saat aku merindukan hal itu, aku pikir karena aku terlalu lama di rumah, lama tidak bertemu teman-teman,  jadi aku rindu keramaian.

 

tapi setelah nevertheless keluar dan aku menonton sampai episode dua, aku tahu ternyata aku memang merindukan perasaan itu.

 

perasaan senang ketika dia memilih berjalan bersamaku saat yang lain berhaha-hihi ria dengan heboh—karena dia tahu aku tidak begitu menyukai keriuhan.

perasaan senang ketika dia bercerita hal-hal yang tidak aku tanyakan.

perasaan senang ketika dia tidak menampik apa yang aku tuduhkan, namun menjelaskan--apa yang sebenarnya dia sudah jujur—tapi egoku tidak ingin percaya.

 

call me a passive aggressive girl, I won’t deny it. ‘cause my zodiac says so. haha.

 

sungguh, drama nevertheless membangkitkan seluruh perasaan dan ingatan itu.

kenangan-kenangan itu.

walaupun tentu saja aku tidak ingin kembali ke masa-masa itu, tapi rasanya aku melihat jelas seperti apa  “kebodohan-kebodohanku” di masa itu.

 

aku pernah mengutuk diri sendiri karena pernah melakukan hal-hal yang tolol seperti itu, dulu. tapi kemudian aku sadar kalau aku tidak pernah sebodoh itu, aku tidak mungkin belajar dan memiliki pemikiran seperti sekarang.

 

toh, masa-masa itu adalah masa-masa yang menghangatkan hati. meskipun agak sedikit, ehm, memalukan.

 

dan terakhir, satu perbedaan mencolok dariku dengan yoo na-bi adalah, kita semua tahu—dan tentu saja sesuai standar drama romantis korea pada umumnya—bahwa park jae eon juga menyukai yoo na-bi.

 

aku?

aku sudah menemukan park jae eon versiku, sayangnya aku bukan yoo na-bi yang dia cari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu Harus Baca Ini

#SWORDS's After Story

Hidupku tidak banyak berubah, seandainya kamu ingin bertanya keadaanku kini.              Bersyukur banyak-banyak karena sekolah lanjut...

Banyak yang Baca Ini