Berhasil membuatnya tertawa. Berhasil membuatnya senang. Berhasil membuatnya terhibur. Padahal, hanya 3 kata yang terucap dari mulutmu. Sapaan hangatmu, candaanmu, membuat rasa kesalnya hilang. Sangat sederhana.
Kamu
juga tak tahu bagaimana rasa kecewanya muncul, saat kau acuhkan dia? Dia
menyapamu baik-baik. Tapi apa balasan kamu? Senyum saja tidak! Bagaimana jika
itu terjadi padamu? Kesal, kan? Marah, kan? Kecewa, kan? Beruntung sekali kamu
jadi orang yang dia suka. Jika tidak? Jangan salahkan dia, jika dia
menyemprotmu dengan hujaman kata-kata yang menusuk.
Dia
mulai percaya padamu. Tapi? Saat itu pula kau meninggalkan dia. Dia
mengharapkan kamu. Dia menginginkanmu. Dia membutuhkanmu. Hanya kamu yang mampu
membuatnya tersenyum diam-diam.
Apa kamu tahu ada orang
yang mengagumimu dalam diam? Orang itu adalah dia! Dia yang selalu mengamatimu.
Dia yang selalu memandangmu. Dia yang selalu peduli padamu. Dia yang selalu
mengharapkanmu. Dia! Orang yang kau acuhkan. Orang yang kau gantung perasaannya.
Orang yang kau beri harapan palsu. Orang yang kau sapa jika kau mau. Orang yang
kau tak pedulikan perasaannya. Bagaimana jika kamu berada dalam posisinya?
Seandainya kamu jadi
dia. Seandainya kamu merasakan bagaimana menjadi dia. Menjadi orang yang
perasaannya terombang-ambing dalam ketidakpastian. Menjadi pengagum orang yang
tidak mengaguminya. Memikirkan orang yang tidak memikirkannya.
Dia mengejarmu. Kamu
mengejar orang lain. Apa kau punya lelah? Apa kau punya letih? Dia lelah
mengejarmu. Dia lelah dengan kebimbangan yang kau beri. Dia ragu. Apakah kau
benar-benar acuh padanya? Apakah kau benar-benar peduli padanya?
Jangan kau pikir, dia
tidak punya pengagum. Jangan kau pikir, dia sendirian. Ada seseorang yang
menantinya. Ada seseorang yang siap menghiburnya. Tapi, hanya kamu yang mampu
membuatnya tersenyum lepas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar